Thursday 30 April 2015

Aku Tulus Mendoakan Kalian, Sekarang.

Mas, apa kabar?’ satu-satunya pertanyaan basi yang keluar dari mulutku.

‘Kamu gak berubah ya, masih seperti anak kecil’ jawabnya sambil tersnyum simpul.

Padahal yang aku lakukan setiap hari untuk mengenangmu adalah membuka halaman di jejaring social.
 Melihat dari jauh, untaian kalimat yang kamu utarakan di halamanmu.
 Membuatku menjadi yakin, kamu yang aku rindukan beberapa tahun ini.
Melihatmu dari jauh, dan  kenyataan meyakinkanku bahwa aku memang tak pernah memilikimu.
Iya. Aku tak pernah memilikimu hanya sanggup melihatmu dari kejauhan seperti beberapa tahun silam.

‘Mas, kamu ke mana aja waktu aku lagi sayang-sayangnya?’

‘Mas, bisa gak kamu anggap kamu bukan sebagai adik?’

Dua pertanyaan itu yang selalu ingin aku tanyakan padamu.
Tetapi hanya aku simpan dalam hati.
Pura-pura senang dengan pilihan adalah topeng yang aku pakai saat melihatmu tersenyum bersamanya.
Menertawakan kecerobohanmu saat membuatnya marah adalah pemanis rasa cemburuku. Menyemangatimu untuk membahagiakannya adalah penawar rasa marahku.

Sebentar lagi hari bahagiamu datang dan aku hantarkan doa agar kalian berdua bahagia selalu dengan pilihan kalian.

Kali ini aku tulus.
Sungguh.

Perempuan yang sudah merelakan.