‘Mas, apa kabar?’ satu-satunya
pertanyaan basi yang keluar dari mulutku.
‘Kamu gak berubah ya,
masih seperti anak kecil’ jawabnya sambil tersnyum simpul.
Padahal yang aku lakukan setiap hari untuk mengenangmu
adalah membuka halaman di jejaring social.
Melihat dari jauh, untaian kalimat
yang kamu utarakan di halamanmu.
Membuatku menjadi yakin, kamu yang aku
rindukan beberapa tahun ini.
Melihatmu dari jauh, dan
kenyataan meyakinkanku bahwa aku memang tak pernah memilikimu.
Iya. Aku tak pernah memilikimu hanya sanggup melihatmu dari
kejauhan seperti beberapa tahun silam.
‘Mas, kamu ke mana aja
waktu aku lagi sayang-sayangnya?’
‘Mas, bisa gak kamu
anggap kamu bukan sebagai adik?’
Dua pertanyaan itu yang selalu ingin aku tanyakan padamu.
Tetapi
hanya aku simpan dalam hati.
Pura-pura senang dengan pilihan adalah topeng yang
aku pakai saat melihatmu tersenyum bersamanya.
Menertawakan kecerobohanmu saat
membuatnya marah adalah pemanis rasa cemburuku. Menyemangatimu untuk
membahagiakannya adalah penawar rasa marahku.
Sebentar lagi hari bahagiamu datang dan aku hantarkan doa
agar kalian berdua bahagia selalu dengan pilihan kalian.
Kali ini aku tulus.
Sungguh.