Sebenarnya tulisan “NIKAHI AKU DENGAN SKRIPSI!” ini saya buat pasca kelulusan kuliah DIV saya sekitar tahun 2012, dikala masih alay dan galau karena kerjaan. Tetapi belum saya publikasikan karena belum sadar banget fungsi blog(sekarang pun masih bingung pakainya), maklum agak gaptek. Udahlah gak usah banyak prakata langsung sikat aja….cus cyiiin…..
Punya pacar yang biasa, tampang biasa, tingkah biasa, IQ biasa, dompet pun biasa *ehh (tiga kata terakhir gak usah dicerna). Saat menulis ini, aku udah 3 tahun lebih pacaran sama pacar. Tiga tahun bukan waktu yang singkat buat suatu hubungan pacaran. Bayi tiga tahun udah bisa lari-lari kesana kemari, belajar makan sendiri. Terus bayi sama kita apa hubungannya coba?. Bukan hubungan tanpa arah yang kita lalui, bukan juga cerita pilu yang akan kita dapatkan. Di antara lubang-lubang jalan yang kita lalui bersama, tersimpan banyak hal konyol yang kita dapati. Seperti ini……
‘Umm, kayaknya double steak enak nih Ay’ aku bilang sambil air liur udah netes seember.
‘Oke, tapi aku gak mau bantu ngabisin loh Yank.’
‘Terserah lah, pasti enak nih’ jawab aku excited
Beberapa saat kemudian makanan datang….
‘Wuihhh, beneran Ay bisa ngabisin?’ tanya pacarku pakai nada mengejek
‘Bisa ay, bisa…’ jawab ku mendadak udah kenyang liat steak didepan kita berdua
Didepanku dua onggok steak sudah tersenyum manis rapi di dalam satu hot plate seraya berkata ‘Ining, nikmatilah aku seakan besok gak ada lagi steak didunia ini..hihihiihihiiiiii’ . Maaakk… kenapa jadi horor gini? Jeritan hatikku ngebayangin hantu-hantu steak yang terbuang karena aku gak sanggup ngehabisin mereka. Teman hantu steak yang ada perutku pasti akan menuntut atas terbuangnya teman mereka dengan cara mengendap berhari-hari gak mau keluar dari istana perut dan menutup lubang anus sehingga perutku membuncit dalam kurun waktu 7 hari dan ahhh tidaaaaak …
Aku pun tersadar dari halusinasi berdosa ini
‘Ay, enak loh.. kamu gak mau ngicip-ngicip?’ rayu aku sambil kedip-kedip eksotis
‘Belum tak habisin punyaku ini’ jawab dia sambil manyun
‘Hmm..’ aku pun tersenyum kelu
Perlu kalian tahu, pacarku ini punya gajah yang bersembunyi didalam perutnya. Ususnya bagaikan ular phyton yang siap menyimpan cadangan makanan selama 1 bulan. Jadi makan sebanyak apapun pasti muat. Kalau kita nge-date, dan aku gak bisa ngehabisin makanan dialah sasarannya. Alhasil tubuhnya kecil tapi perutnya segajah. Dengan sok romantis, pasti aku bilang ‘Nak, sudah 9 bulan sebentar lagi kau keluar. Pesan ibu, carilah bapak yang baik ya..’ sambil ngelus-ngelus perut pacar dan siap-siap dilempar tong sampah sama pacar. Yak… Cinta terkadang butuh bumbu-bumbu asin seperti lelucon diatas.
Oh iya, akhirnya steak yang tersisa tinggal ¼ bagian dengan segala perjuangan. Habis makan steak, aku jalan ke parkiran sambil sempoyongan dan tentunya pacarku terbahak-bahak mengikuti dari belakang.
“Yank, nyadar gak?tadi kita diliatin loh sama anak-anak SMA di meja sebelah kita” tanya pacar sambil nahan tawa.
“Oh-yya? Nnaksiir kammu kal-li”jawabku sambil mengatur nafas
“Bukan, pasti mereka mikir ini mbak-mbak apa singa? Beringas banget liat daging hahahahaha” seloroh dia sambil berlari mendahuluiku
“Heh kamu! Rasain nih! ” Dan kali ini tas belanjaan pun mendarat manis di kepala si pacar.
Bicara masalah apes, entah kenapa setiap jalan dengan pacar, aku yang selalu apes. Mungkin ini karena faktor jimat yang dimiliki pacar yang tersimpan rapi di dahinya. Maklumlah, dia dahinya panjang dan lebar, semua ketidakberuntungan pasti akan sirna terkena kilauan sinar dahi(botak)nya. Seperti waktu jalan di Malioboro, kebiasaan kita kalau kesini cuma jalan dari Mall Malioboro ke arah selatan sampai Pasar Bringharjo trus nyebrang ke Mall Ramai lanjut jalan lagi ke arah utara dan kembali lagi ke Mall Malioboro. Tanpa membeli apapun dan tanpa menenteng apapun. Cukup dengan kita bergandengan tangan, kita menikmati perjalanan ini. Walaupun sepulang dari Malioboro, kita berdua terkapar kayak orang pingsan karena kecapekan. Tapi beda untuk perjalanan kali ini, kita siap menghabiskan isi dompet kita demi diskon yang merajalela di Malioboro.
“Yank, mau kemana lagi nih kita?” tanya dia sambil mengusap keringat sejagung-jagung di dahinya
“Ke Ramashinta yuk, disana lagi Sale 70% Ay” kataku sambil melirik ke Departement Store di seberang kita.
“Capek Yank, belanjaanmu ini loh” sambil mengangkat dua tas blanjaan yang dibawanya
“Yeee, itu belanjaanmu kali, disana kan ada penitipan barang, gimana coy?” tawarku
“Huuh, iya deh nyonya besar”
“Gitu dong…ntar aku traktir es teh deh”
“Cuman es teh? Segitu doang harganya aku” katanya sambil manyun
“Pikir ntar Ay…..” sambil menggandengnya jalan.
Tiba di Ramashinta dan menitipkan barang di depan. Ternyata yang gila diskon bukan aku saja karena terbukti Ramashinta padetnya nglebihin pasar Bringharjo. Pintar-pintarnya mereka si buat menarik perhatian konsumen supaya dagangan mereka laris manis kayak jualan kaos kaki Rp. 10000,- dapet 3 biji. Dan aku salah satu konsumen yang gampang di kibuli. Liat Sale 50%, 50%+20%, 75% aja ngiler padahal stok barang tersebut banyak, alhasil waktu jalan sering liat baju yang sama di pake sama orang lain.
“Yang dicari kayak apa si Yank? Dari tadi muter-muter gak dapet-dapet” protes si pacar setelah kita puter-puter naik turun ekskalator
“Namanya juga cewek, ya diliat-liat dulu, dipilih-pilih du-”
“Dari cuman pegang-pegang doang gak dibeli!” sanggah pacar sebelum aku menyelesaikan kalimatku
“La wong belum sreg Ay”
“Pindah ke Mall Matihati aja yuk Yank, barangkali kamu nemu yang sreg”
“Yaudah yok, barang kita?”
“Titipin sini aja, ntar capek kamu bawanya”
“Cus kita…”
Berhubung sudah kaki udah capek, dompet udah bokek, keringet udah banjir di ketek. Keluarlah kita dari Mall kita dengan membawa tas belanjaan masing-masing. Yang aku pikirin dari tadi “kenapa si pacar jadi doyan belanja?”. Apa ini salah satu cara dia beradaptasi dengan ku? Ahh Cuma pikiranku saja ini.
“Udah kan shopping-nya? Buruan pulang yok ” ajak pacar
“Lah yang dari tadi shopping kan kamu Ay?”
“Ah apa iya? Kamu ah”
“Aku buang nih” sambil bersiap membuang barang si tas belanjaan
“Eh jangan dong, lumayan diskon 50%” kata dia sambil berjalan ke arah parkiran
“Coy, barang kita di Ramashinta mau ditinggal?”
“Oh iya yah gak kepikiran”
Selain pacar suka makan banyak dia juga mengidap pikun stadium II, untung pacarnya pacar gak ditinggal di Malioboro sendirian.
“Kamu tunggu sini, nih bawa” aku berkata sembari masuk ke Ramashinta
Jeng…jeng…jeng.. keapesan dimulai
“Pak, ambil barang” kataku sambil menyerahkan kartu kepada Pak Satpam yang berjaga
“Kamu belanja dimana? Kok nitipnya disini?” tanya Satpam sambil pasang muka sangar
“Belanja di sini lah Pak” jawabku dengan PeDe.
“Yakin??? Gak belanja disini kok nitipnya disini?!” sambil melirik ke arah belakang
Aku pun menoleh kebelakang…
Dan ternyata…
SI PACAR TERNYATA DI BELAKANGKU, DAN TANPA RASA BERSALAH DIA MENENTENG TAS BELANJA MATAHATI !
Maaaaaaaaaaak.. rasanya pingin kabur dari sini.
“Disini bukan tempat penitipan barang bagi yang tidak belanja disini!” kata Satpam dengan melemparkan kartu penitipan ke tempatnya.
“…….”
“Bisa baca gak? Tulisannya udah jelas tertera disini!” lanjut Satpam
Aku berjalan sambil mlongo..
Si pacar mengekor di belakang
“Kamu ngapain sih ikut masuk segala”
“Kan males diluar kayak anak ilang”
“Bukannya ngebela aku apa bilang maaf kek malah ikutan mlongo, huh!”
“Hahahahahaha, gak papa Yank, Satpamnya gak kenal kita juga”
“Tapi kan maluuuu, mana mukanya kayak Gorila gak dikasih makan seminggu”
“Udahlah besok juga dia bakal lupa”
Well, kejadian tadi emang udah dilupain sama Pak Satpam, tapi guratan malu masih tersirat di mukaku ini.
Diantara ke-apes-an yang selalu menimpaku dan di antara ke-malu-an yang menghinggapi wajahku, muncullah pertanyaan dari banyak pihak tentang hubungan kami ini. Selalu saja pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengusik relung jiwa dan raga, “Kapan nikah?”, “Pacaran mulu, gak pengen nikah?”, “Jangan lama-lama pacaran, gak bosen apa?”. Pertanyaan ini selalu menjadi momok bagi kita berdua khususnya, aku. Apasih yang ditunggu sama pasangan yang udah pacaran 3 tahun lebih? Nungguin gajah bertelur? Nungguin semua teman-teman kita nikah duluan?. AKU JUGA PENGIN NIKAH, KALIK!!!
Waktu jamannya sibuk bimbingan Tugas Akhir di kampus, Bu Dosen tercinta memberi wejangan saat beliau tahu kalau aku sedang merajut cinta kasih dengan pacar. Aku pikir sempet-sempetnya Bu Dosen menanyakan hal ini, mengingat beliau tipikal orang yang jarang membawa masalah pribadi saat bimbingan Tugas Akhir.
“Udah lama pacarannya, Ning?” tanya bu dosen
“Ehm, tiga tahun kok Bu” jawab gue malu-malu tapi emang malu-maluin
“Buruan nikah, Ibu gak suka pacaran lama-lama. Besok habis terima ijazah, minta ijab sah sama pacar kamu” tegas beliau
“Pengennya sih begitu Bu, tapi saya kan belum kerja”
“Makanya, habis lulus terus nyari kerja. Habis nikah kan bisa cari kerja. Sambil jalan deh”
“Tapi Bu…”
“Tapi apa lagi? ”
“Pacar saya lagi SKRIPSI, Bu…”
“………………”
Dan bu dosen pun terdiam sambil menandatangani revisian Tugas Akhir tanpa banyak kata.
Yah, beliau tak sanggup berkata-kata karena berurusan dengan skripsi. Manusia-manusia yang pernah berhubungan dengan skripsi pasti tahu bagaimana skripsi menghambat sesuatu, begitu juga dengan hubungan kami.
Tahun ini pacar hampir 6 tahun bergerilya di kampusnya. Mencari kepastian akan skripsinya yang sudah 1 tahun belum selesai. Bersaing dengan junior-junior untuk mencapai garis finish, yang pada akhirnya beberapa juniornya wisuda duluan sementara dia masih sibuk revisi proposal skripsinya. Jahatnya, aku pun wisuda mendahuluinya HAHAHAHAHAHAHAHAHA *ketawa setan*. Skripsi inilah terkadang membuat acara kencan kita sering delay. Delay-nya kencanmembuat salah satu dari kita untuk mengalah, biasanya aku.
“Ay, besok pilmnya bagus” ajak aku
“Aduh yank, besok aku mau bimbingan udah dikejar-kejar si bapak” jawab dia
Contoh lain…
“Yank, cari-cari gedung buat resepsi yuk” ajak pacar
“Di daerah Purworejo aja kan? SMA-ku bisa kok disewa buat resepsi”
“Mahal gak?”
“Mana aku tau, emang kita nikah kapan?”
“Ya buat persiapan aja, katering, make up,tukang foto, cetak undangan kan kita udah punya kenalan” jawab dia enteng
“Mikir nikah, skripsi tuh pikirin” ejekku
“Yee, kan usaha” alih dia sambil pasang muka memelas
Di umur kami yang gak bisa dibilang remaja lagi. Bukan jamannya pacaran terus seneng-seneng doang tanpa mikir arah kedepannya gimana. Bukan masa pacaran yang hanya mementingkan ego masing-masing dan putus-sambung. Bukan masalah lagi kalau masing-masing sudah mempunyai penghasilan yang tetap dan pekerjaan mapan. Dan yang terjadi pada kami adalah, masing-masing belum mempunyai penghasilan yang tetap dan pekerjaan mapan. Si pacar yang masih ribet dengan skripsinya dan aku yang ribet dengan status jobseeker (bukan pengangguran).
“Ay, gak papa nih aku belum kerja? Gak malu? ” tanyaku disela-sela waktu kencan kita
“Gak tuh, memangnya kamu gak malu aku belum lulus-lulus? Tanya dia balik
“Gak juga”
“Impas kan kita” jawab dia enteng
*lalu berpelukan*
Benar kata orang, kalau cinta butuh pengertian dan pengorbanan. Menetapkan pilihan untuk menjalin hubungan dengan seseorang adalah kemauan kita sendiri. Siapapun yang disamping kita saat menghabiskan waktu di pantai sambil menikmati sunset, kita harus menerima kondisi pasangan yang ada disamping kita. Ambil saja hikmahnya, kalau sampai sekarang aku belum dapet kerjaan tetap mungkin supaya seimbang dengan pacar yang belum wisuda. Kalau sampai sekarang aku belum dilamar pakai lagunya Brian Mcknight – Marry Your Daughter mungkin supaya aku bisa fokus nyari kerja. Kalau sampai sekarang aku belum di-ijab kabul sama pacar mungkin karena aku diberi kesempatan untuk melirik pria lain *diceburin pacar ke kali*. Yang bener, kalau sampai sekarang aku belum di-ijab kabul sama pacar mungkin karena aku diberi kesempatan untuk kita saling mendewasakan diri masing-masing.
Bye,
Salam cium
Perempuan yang tersaingi oleh skripsi
NB: Doakan tahun ini saya dinikahi dengan seperangkat alat solat tunai dan sepaket BPM beserta isi-isinya. aamiin
Seperti biasa silakan menengok ke blog saya di sebelah