Monday 25 September 2017

Keluarga & sahabat yang tahu awal Raya lahir aku sempet drama ASI gak lancar. Nah, mulai masuk masa bekerja mulai seret lagi. ASI yang sempet banjir pas cuti di rumah langsung seret. 
Yaiyalah.... di rumah mertua & ibuk urusan perut mah aman & dibantuin nggendong Raya. Di Bandung ya harus mandiri (walau dibantu sama Lek Wat). 
Mau nangis pas sekali pumping manual cuma dapat 100 cc dua payudara. Apalagi waktu itu stok ASI kejar tayang. Ditambah pesenan pumping elektrik gak datang-datang. Tambah stres lah.

"Ya Alloh, kok ASI nya gak banjir kayak waktu di rumah"
"Ya Alloh, kok stok ASI ku gak penuh kayak mama yang pamer isi freezer-nya"
"Ya Alloh, kok John Mayer belum nikah? Kenapa kita tidak dipertemukan pas sama-sama jomblo"

Doa di atas adalah bentuk protes aku karena stok ASI perah sedikit. Ditambah gak tega ninggalin Raya tiap pagi berangkat kerja. 
Pokoknya waktu itu aku minta banyak sama Alloh dan tambah stres tiap pagi karena gak tega ninggalin Raya. Terus keinget pas materi jaman kuliah, semakin ibu stres semakin sulit ASI keluar. Jadi, sebisa mungkin pikiran-pikiran jelek dikurangi dan dikasih tahu sama temen untuk selalu bersyukur berapapun hasil pumping.  Akhirnya, aku mengubah doa.

"Ya Alloh, makasih ya ASI ku cukup buat Raya"
"Ya Alloh, makasih ya Raya gak kekurangan ASI, beratnya naik terus"
"Ya Alloh, makasih ya udah ditemuin sama Mas Andre yang mau aku jambak rambutnya & aku cakar-cakar pas aku lahiran" 

Karena pengeluaran ASI dipengaruhi oksitosin (hormon yang membantu seseorang untuk rileks).
 Aku bawa santai, rajin ng-youtube buat lihat John Mayer, Adam Levine, Shawn Mendes, Charlie Puth, The Script (Pokoknya mantan-mantan gebetan aku yang ganteng), ketawa-ketiwi sama temen di kantor dan tiap ketemu Raya aku bilang " Raya, sayang ga sama Ibuk? Ibuk paling sayang sama Raya" walaupun baru dijawab dengan dia senyum atau nangis kenceng karena minta nenen.
Alhamdulillah setelah mengubah doa, ASI gak seret lagi walaupun gak sebanjir waktu di rumah dan belum bisa pamer freezer penuh isi ASI perah. 
Tetapi, Raya belum pernah kekurangan ASI dan hikmah yang bisa diambil adalah ASI perah yang aku kasih gak mengendap berminggu-minggu di kulkas. 

Nah, di bawah ini temen skaligus penolong di kala stres. Temen ini harus ada di saat pergi ke manapun dan gak boleh ketinggalan. Bahkan dompet gak papa ketinggalan asal jangan alat pumping.



temen seperjuangan yang akhirnya datang juga
Maturnuwun Gusti, 

Thursday 7 September 2017

Untuk Dia yang Berada di Dekapan

Hai, Rayendra Argambumi Erlangga...

Bagaimana rasanya menghirup udara? 
Selama ini hanya air yang menemanimu dan belum pernah merasakan udara.
Apakah di luar masih sama hangatnya saat kamu ada di rahim Ibu?
 Mungkin sedikit dingin, Nak.
 Tapi ada kami yang selalu ada untuk mendekapmu dan menyelimutimu.

Nak, bagaimana rasanya bertemu Ibu & Bapak?
 Selama ini hanya bisa kamu rasakan sentuhan & suara yang terhalang oleh lapisan kulit & lemak? 
Apakah ada yang berubah, Nak? 
Pasti ada. Karena rasa sayang kami berubah, semakin hari semakin menyayangimu Nak. 

Nak, apakah di dalam sangat sempit?
 Jangan khawatir Nak, dunia ini luas sekali.
 Datangi setiap tempat yang kamu mau, jangan pernah takut melangkah.
 Ada doa kami menyertaimu dan pelukan kami yang menantimu pulang. 

Nak, apakah bising usus di dalam terlalu nyaman untukmu?
 Apakah di luar terlalu ramai untukmu? Berdamailah dengan ramainya dunia Nak.
 Hingar bingarnya jangan sampai membuatmu merasa sepi. 

Apakah ASI dari Ibu cukup untuk membuatmu kenyang?
 Kita berjuang bersama agar kamu tidak merasa lapar.

Nak, kamu salah satu syukur & tanggung jawab kami kepada Tuhan.
 Kami memang orang tua yang tidak sempurna dan kamu tidak bisa memilih terlahir dari pasangan orang tua yang kamu mau.
 Setidaknya ijinkan kami berusaha untuk bersamamu sehingga kamu bisa bersyukur setiap hari karena memiliki kami, pasangan tidak sempurna ini. 

Perlu kamu tahu, Ibu dulu tidak percaya akan cinta pada pandangan pertama.
 Tetapi kepadamu, Ibu jatuh cinta, bahkan sebelum melihat wajahmu. 
Ibu menyayangimu walaupun kita belum pernah bertemu sekalipun.
Tentang 9 bulan kebersamaan kita, menghirup udara yang sama dan makan makanan yang sama. 
Ibu bersyukur sekali akhirnya kita bisa tidur di ranjang yang sama.
Ibu tidak meminta bayaran, setidaknya kamu bersyukur tumbuh di rahim Ibu. 
Itu saja. 

Tumbuhlah bahagia dan selalu bersyukur, Nak. 

Sunday 8 January 2017

Mengapa Menikah?

Setelah menikah pertanyaan di atas kerap mendatangi telinga saya dan menyalurkan ke otak untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Tergantung siapa yang bertanya, kadang saya tanggapi dengan serius tak jarang saya jawab dengan guyon sekalian saya bumbui dengan alay. Saya pun suka menanyakan alasan di atas kepada orang-orang terdekat saya. Saya rangkum dan masih tersimpan di memori saya bagaimana raut wajah mereka saat menjawab. Saya tidak akan membahas alasan menikah karena agama di sini. 


Bahagia? 
Selama ini belum menemukan cara untuk merayakan kebahagiaan? Malang benar nasibmu. Nasihat para tetua, kamu salah jika asamu menemukan kebahagiaan hakiki dalam pernikahan. Karena akan ada satu masa di dalam pernikahan ketika kebahagianmu pribadi tidak lagi berarti banyak. Menginginkan kebahagiaan keluarga, dengan menikah kita beranggapan akan membahagiakan semua orang di silsilah keluarga. Mulia sekali, jika kita sudah siap menikah. Kalau belum? ðŸ˜¬ðŸ˜¬


Status?
Hidup bersosialisasi tak jarang bahkan sering menanyakan statusmu dan apa yang telah kamu capai tanpa peduli bagaimana kamu menggapainya. Mereka hanya peduli hasil. Hasil. 


Legal sex?
Siapa yang tidak risih jika check-in ke hotel bersama pasangan tetapi masih jelas tertera belum menikah. Apalagi dengan muka yang cocok menjadi anak SMA. 


Kemapanan?
Lulus sekolah, kerja, tabungan untuk rumah & kendaraan. Merasa cukup untuk hidup berdua tanpa merugikan orang lain.

Intinya, menikah itu pilihan. Pernikahan adalah permulaan suatu pengalaman seumur hidup. Kesiapan tergantung dirimu bukan karena orang lain. Jangan hanya terpancing karena pertanyaan ''kapan nikah? sehingga gegabah mengambil keputusan. Karena jika kamu terlalu peduli dengan omongan orang lain. Setelah menikah kamu akan menghadapi pertanyaan "udah hamil belum?"